Profil Desa Mayungsari
Ketahui informasi secara rinci Desa Mayungsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Mayungsari, Bener, Purworejo. Mengungkap sinergi antara kekuatan pertanian komoditas cengkeh dan kopi yang dikelola oleh Gapoktan maju, dengan inisiatif pengembangan wisata alam rintisan di Puncak Geger Sapi.
-
Basis Pertanian Komoditas Unggulan
Dikenal sebagai salah satu sentra penghasil komoditas perkebunan bernilai tinggi, khususnya cengkeh dan kopi robusta, yang dikelola secara terorganisir.
-
Kelembagaan Petani yang Kuat
Memiliki Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang sangat aktif dan inovatif, berfungsi sebagai motor penggerak utama pembangunan ekonomi desa.
-
Inovasi Rintisan Wisata Alam
Secara mandiri tengah merintis dan mengembangkan potensi Puncak Geger Sapi sebagai sebuah daya tarik wisata alam baru berbasis komunitas.
Terletak di gugusan perbukitan sebelah barat Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Desa Mayungsari menampilkan wajah pedesaan yang progresif dan terorganisir. Desa ini membangun kekuatannya di atas dua fondasi yang kokoh: produktivitas lahan perkebunan yang menghasilkan komoditas bernilai tinggi serta kekuatan kelembagaan petani yang inovatif. Tidak puas hanya menjadi desa penghasil, Mayungsari kini tengah merintis jalan baru di sektor pariwisata dengan mengembangkan puncak perbukitannya menjadi destinasi alam. Ini adalah kisah tentang sebuah desa yang membuktikan bahwa dengan organisasi yang solid dan visi yang jelas, potensi agraris dapat bersinergi harmonis dengan pengembangan pariwisata untuk menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan.
Geografi Perbukitan Barat dan Potensi Agronomi
Desa Mayungsari secara geografis menempati wilayah perbukitan di sisi barat Kecamatan Bener, berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Loano. Posisi ini memberikannya karakteristik agroklimat yang unik, dengan ketinggian dan kontur tanah yang sangat ideal untuk budidaya tanaman perkebunan, terutama cengkeh dan kopi. Luas wilayah Desa Mayungsari adalah sekitar 2,83 kilometer persegi, yang hampir seluruhnya merupakan lahan produktif.Lanskap desa didominasi oleh perkebunan rakyat yang dikelola secara terasering, menciptakan pemandangan hijau yang memanjakan mata. Batas-batas administratif desa ini meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kaliboto, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedungpucang, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bener, serta di sebelah barat berbatasan langsung dengan desa di Kecamatan Loano. Terbebas dari dampak langsung proyek-proyek pembangunan besar, Mayungsari memiliki keleluasaan untuk fokus pada pengembangan potensi internalnya yang berbasis pada kekayaan alam.
Demografi dan Kekuatan Kelembagaan Petani
Berdasarkan data kependudukan termutakhir yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Mayungsari dihuni oleh sekitar 1.258 jiwa. Dengan luas wilayah 2,83 km², desa ini memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah, yakni sekitar 444 jiwa per kilometer persegi, yang memungkinkan pemanfaatan lahan secara optimal untuk perkebunan. Mayoritas mutlak penduduknya berprofesi sebagai petani, dengan spesialisasi pada komoditas perkebunan.Keunikan dan kekuatan utama dari tatanan sosial-ekonomi di Mayungsari terletak pada tingkat pengorganisasian petaninya. Di sini, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bukan sekadar lembaga formal, melainkan motor penggerak kemajuan desa yang sesungguhnya. Hampir seluruh petani tergabung dalam kelompok-kelompok tani yang bernaung di bawah Gapoktan. Lembaga ini menjadi pusat inovasi, tempat berbagi pengetahuan, wadah untuk mengatasi masalah bersama dan ujung tombak dalam pemasaran hasil panen. Soliditas kelembagaan inilah yang menjadi modal sosial paling berharga bagi Desa Mayungsari.
Peran Sentral Gapoktan sebagai Motor Penggerak Desa
Berbeda dengan banyak desa lain di mana pemerintah desa menjadi satu-satunya inisiator, di Mayungsari, pembangunan berjalan melalui kemitraan strategis antara Pemerintah Desa dan Gapoktan. Pemerintah Desa berperan sebagai regulator, fasilitator, dan penyedia dukungan kebijakan, sementara Gapoktan bertindak sebagai eksekutor program-program pemberdayaan ekonomi di tingkat akar rumput."Pemerintah Desa Mayungsari bekerja bahu-membahu dengan Gapoktan. Mereka adalah mitra strategis kami dalam mewujudkan visi desa yang mandiri dan berdaya saing. Inisiatif pengembangan wisata Puncak Geger Sapi, misalnya, lahir dari aspirasi dan digerakkan oleh anggota Gapoktan," jelas salah seorang tokoh masyarakat. Sinergi ini terbukti efektif dalam mengakselerasi pembangunan, karena program yang dijalankan benar-benar berasal dari kebutuhan dan dikelola langsung oleh masyarakat, sehingga rasa memiliki dan keberlanjutannya sangat tinggi.
Cengkeh dan Kopi: Emas Hijau dari Tanah Mayungsari
Dua komoditas utama yang menjadi tulang punggung ekonomi Desa Mayungsari adalah cengkeh dan kopi robusta. Keduanya dijuluki sebagai "emas hijau" oleh warga karena nilainya yang tinggi dan perannya yang vital dalam menopang kehidupan keluarga.Cengkeh (Cloves): Pohon-pohon cengkeh tumbuh subur di hampir setiap jengkal lahan di Mayungsari. Bagi masyarakat, menanam cengkeh adalah sebuah investasi jangka panjang yang hasilnya dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan besar seperti pendidikan anak, membangun rumah, atau modal usaha. Saat musim panen tiba, aroma khas cengkeh yang dijemur akan tercium di seluruh penjuru desa.Kopi Robusta: Selain cengkeh, kopi robusta juga menjadi andalan. Para petani di Mayungsari telah lama membudidayakan kopi dan terus berupaya meningkatkan kualitasnya. Melalui Gapoktan, mereka mendapatkan pelatihan mengenai teknik petik merah, proses pascapanen yang baik, hingga penjajakan untuk menciptakan merek kopi lokal "Kopi Mayungsari" yang memiliki ciri khas tersendiri.
Merintis Asa di Puncak Geger Sapi: Potensi Wisata Alam
Sebagai bukti inovasi yang tiada henti, masyarakat Mayungsari melalui Gapoktan-nya kini tengah merintis pengembangan destinasi wisata alam baru yang diberi nama Puncak Geger Sapi. Terletak di salah satu titik tertinggi di wilayah desa, puncak ini menawarkan pemandangan panorama 360 derajat yang spektakuler. Dari lokasi ini, pengunjung dapat menyaksikan hamparan perbukitan hijau Kecamatan Bener dan Loano, serta siluet pegunungan di kejauhan.Pengembangan dilakukan secara swadaya dan bertahap. Warga secara gotong royong membuka dan memperbaiki akses jalan setapak, serta membangun fasilitas-fasilitas sederhana seperti gazebo, bangku-bangku kayu, dan spot-spot foto yang menarik. Rintisan wisata ini merupakan langkah strategis untuk diversifikasi ekonomi desa, menciptakan sumber pendapatan alternatif di luar sektor pertanian, dan memperkenalkan nama Mayungsari ke khalayak yang lebih luas.
Infrastruktur dan Konektivitas Wilayah
Untuk mendukung kedua pilar ekonominya, ketersediaan infrastruktur yang baik menjadi sangat penting. Pemerintah desa terus berupaya meningkatkan kualitas jalan-jalan usaha tani untuk mempermudah pengangkutan hasil panen cengkeh dan kopi. Di sisi lain, salah satu tantangan utama ke depan adalah perbaikan akses jalan menuju Puncak Geger Sapi agar lebih mudah dijangkau oleh wisatawan. Fasilitas dasar lainnya seperti listrik, air bersih, dan layanan pendidikan serta kesehatan telah tersedia dengan cukup baik, menopang kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Mayungsari: Dari Kebun ke Puncak, Inovasi Tiada Henti
Desa Mayungsari adalah sebuah contoh inspiratif tentang bagaimana sebuah desa dapat maju pesat ketika memiliki dua hal: potensi alam yang kaya dan kelembagaan masyarakat yang kuat. Desa ini tidak pasif menunggu bantuan, melainkan proaktif menciptakan peluang. Dengan terus memperkuat sektor pertaniannya sambil secara cerdas merintis sektor pariwisata, Mayungsari sedang menapaki jalan menuju kemandirian yang paripurna. Desa ini membuktikan bahwa inovasi dapat lahir dari ruang-ruang diskusi kelompok tani, dan masa depan yang lebih cerah dapat diraih dengan mendaki puncak harapan, baik secara harfiah maupun kiasan.
